Menikah: adjust everything consciously, sincerely.
Refleksi 7 tahun pernikahan (jelang 8).
Saya dan suami menikah karena teman sekolah dulunya.
Sepakat menikah karena melihat karakter-karakter yang disukai dan kiranya cocok sebagai teman perjalanan.
Visi kami menikah untuk membangun generasi islami dan berjuang di dunia agar dapat berkumpul kembali di surga kelak, lillahi ta'ala.
Menyadari sepenuhnya bahwa menikah adalah ibadah terlama, jalan yang kami tempuh tentunya panjang.
Bukan cinta yang sementara yang kami harap, namun cinta yang menetap dan senantiasa dirawat agar tumbuh subur.
Bersyukur memutuskan menikah bukan dalam keadaan hati terlampau berbunga-bunga, melainkan melalui istikhoroh serta hati yang tenang; dengan mindful.
Saat menjalani kehidupan rumah tangga, murni berisi syukur dan sabar. Syukur atas apa yang disenangi dan sabar atas apa yang tidak sesuai ekspektasi.
Cinta adalah kata kerja, bukan sebatas rasa. Cinta adalah usaha untuk saling membentuk harmoni.
Baik suami maupun istri, memiliki latar serta kebiasaan keluarga yang tidak sama, setiap kami membawa warna masing-masing, warna yang dibentuk sepanjang hidup.
Tugas kami dalam pernikahan adalah menyatukan kedua warna masing-masing untuk membentuk warna baru dalam rumah tangga ini, warna yang tepat, yang sesuai dengan kedua belah pihak, warna yang terus disesuaikan dan disepakati.
Maka hari-hari yang dilalui penuh dengan penyesuaian, jika dirasa ada yang kurang sesuai, disampaikan, didiskusikan, dan disepakati secara sadar, dengan saling ridho.
Salah satu contoh sederhana di rumah tangga kami;
Aku amat senang membaca, suami tidak terlalu, tapi yang ia lakukan adalah mendukung penuh, memfasilitasi, mendengarkan ceritaku seputar dunia yang kubaca, mengantar-jemputku ke perpustakaan, menghadiri klub membaca dan kegiatan seputar literasi.
Suamiku senang membuka bisnis, aku tidak terbiasa, tapi yang kulakukan adalah mendukung penuh, mendo'akan, turut mempromosikan bisnisnya kepada teman-temanku.
Itulah salah satu penyesuaian yang kami lakukan.
Selain happy-happynya yang unlimited, ternyata menikah juga saling mengalah, saling memahami, dan menurunkan ego.
Dengan muara keikhlasan dan kekuatan dari Allah, segalanya terasa mudah.
Semoga Allah jaga selalu pernikahan kami, Allah ridhoi dan bersamai perjalanan rumah tangga kami, hingga sampai pada tujuan abadinya, surga firdaus. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar