Istimror

Istimror = berulang-ulang = kontinyu = konsisten

Islam mengajarkan kita untuk istimror, yakni melakukan amalan secara terus-menerus, berulang-ulang, menjaga konsistensi dalam beramal. 

Seringkali kita terlalu bersemangat sehingga kita melakukan sebuah amalan besar namun hanya pada titik semangat itu saja.
Sedangkan Allah sangat mencintai perbuatan yang istimror (kontinyu) meskipun sedikit (Muttafaqun alaih).

Istimror memang sulit karena sifat manusia yang mudah bosan dan semangatnya yang turun naik. Istimror membutuhkan ketekunan untuk terus melakukannya. Maka dalam banyak hal, keberhasilan dan kegagalan ditentukan oleh sifat istimror dibanding faktor lainnya.

Istimror dalam bahasa syari’at adalah istiqomah. Istiqomah adalah keteguhan prinsip mempertahankan amalan di waktu lapang maupun di waktu sempit. Istiqomah juga merupakan jalan menuju husnul khotimah.

Disamping memang disyari’atkan, istimror memiliki hikmah yang dalam dilihat dari berbagai aspek.
Saya seringkali baru menemukan makna sebuah amalan bukan pada perbuatan yang dilakukan pertama kali, seringkali makna itu baru terasa pada amalan ke-2, 3, 4, bahkan ke-100 kali. Sungguh menakjubkan istimror ini.

Istimror juga harus diterapkan dalam dakwah, dalam mengajak. Seperti nasihat lama bahwa batu yang keras akan berlubang oleh air yang terus-menerus menetes. Ibarat hati adalah batunya maka istimror adalah tetesan airnya. Hal ini berarti bahwa istimror terkait dengan ketekunan dan pantang menyerah.

Hati manusia juga membutuhkan waktu yang berbeda-beda dalam penerimaan dan penemuan makna. Maka amalan yang istimror membantu hati menemukan maknanya, sehingga sebuah amalan tak lagi dikerjakan hanya sebatas fisik saja, namun dengan segenap hati dan jiwa.

Wallahu a’lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluar dari Belenggu Membandingkan

Merenungi Perjalanan