Resensi Film: Rudy Habibie
Kemarin malam saya dan Hani menyaksikan
film Rudy Habibie.
Saya merekomendasikan film ini
untuk ditonton, terutama untuk anak bangsa.
Film ini menceritakan kisah hidup Habibie dari kecil hingga masa mudanya.
Sebelumnya juga saya telah
menonton serial Cinta Habibie di Mata
Najwa
Pelajaran yang bisa diambil dari
kehidupan Rudy Habibie dalam film ini antara lain adalah:
- Pesan Ayahanda ketika Habibie masih berusia 5 tahun: "Lihat Rudy, mata air itu, indah bukan.. Jadilah seperti mata air, mata air yang jernih, yang bersih, jika mata air itu jernih maka tanah di sekelilingnya pun akan subur dan baik. Jika seseorang itu baik, maka orang-orang di sekelilingnya juga akan baik. Tetapi jika mata air itu kotor, keruh maka tanah sekelilingnya tidak akan baik."
- Pesan Ibunda ketika Habibie sedang dilanda masalah dan ingin pulang, “Rudy, mata air yang kotor jika diaduk-aduk akan tambah keruh. Sabar... Biarkan kotoran itu mengendap, hingga yang mengalir adalah yang jernih”
- Tegas dan berani karena benar. Rudy tidak pernah takut dengan ancaman maupun tekanan dari pihak yang berlawanan dengan idealismenya. Meskipun orang-orang tersebut mempunyai kedudukan yang lebih tinggi darinya.
- Merealisasikan dan mempertanggungjawabkan semua perkataannya. Visi misinya tentang Indonesia tidak hanya berhenti pada rencana dan perkataan tetapi diwujudkan dengan aksi nyata.
- Percaya pada diri sendiri. Meskipun diejek dan di-bully, tidak pernah dipikirkan. Katanya, “Tidak pernah saya memikirkan sedetikpun orang yang mengejek saya, untuk apa. Hahaha”
- Visioner. Rudy memikirkan masa depan bangsa di usianya yang masih belia. Rudy menggagas seminar pembangunan industri Indonesia meskipun saat itu dia berada jauh ribuan kilometer dari Indonesia. Meskipun sakit, Rudy tetap memikirkan cara untuk memajukan Indonesia.
- Rudy memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi dan tidak pernah puas dalam belajar. Tidur hanya 3-4 jam sehari. Sebagian besar waktunya dihabiskan di perpustakaan untuk membaca dan mencari pemecahan masalah.
- Rudy meyakini tempat kembali dan tempat bergantungnya hanya satu. Rudy selalu menyampaikan curahan hatinya melalui lantunan do’a kepada Allah SWT.
Dan masih banyak lagi.
Oh iya, adegan favorit saya
adalah ketika Rudy kecil maju menggantikan ayahanda menjadi imam sholat ketika
ayahnya wafat dalam sujud.
Indonesia patut dipimpin oleh pemimpin
yang cerdas dan bertaqwa.
Sisi lain yang menggelitik saya
dari kehidupan Rudy Habibie adalah kerjasama antara Ibunda dan teman-teman Habibie dalam memisahkan Habibie dan Ilona.
Bagi Ibunya, “Tidak ada
sejarahnya yang mendampingi Habibie adalah gadis non-muslim”. Dan menurut
penuturan teman-temannya, “Habibie nantinya akan menjadi orang nomor satu di
Indonesia, tidak patut yang menjadi isterinya adalah seorang bule.”
Alkisah, teman habibie mengirimkan surat kepada
Ibunda Habibie memberitahukan kedekatan Rudy dan Ilona. Maka mereka merencanakan sebuah
strategi. Teman-teman Habibie di Jerman mengusulkan agar Habibie dibawa
pulang ke Indonesia dan dipertemukan dengan gadis yang lain.
Ibunda Habibie
akhirnya datang ke Jerman kemudian menemui Ilona dan berkata dengan tegas, “Rudy
harus pulang ke Indonesia. Kami keluarga muslim yang taat, kalau nona serius
dengan putra saya silahkan nona berpindah ke Indonesia dan menjadi muslim”
Disamping itu, kakak dan
Ibunda Habibie sudah merencanakan pertemuan Habibie dan Hasri Ainun Besari di Indonesia. Tak disangka, semua sesuai dengan rencana. Detik pertama saat Habibie bertemu dengan Ainun,
detik itu pula Habibie jatuh cinta pada Ainun, yang akhirnya Ainun menjadi
cinta sejatinya.
Uniknya, selama
berpuluh-puluh tahun lamanya Habibie tidak pernah mengetahui rahasia tersebut. Ia baru mengetahui skenario ibunda, kakak, dan teman-temannya
tentang Ilona dan Ainun setahun yang lalu saat film ini dibuat. (Bagian yang ini tidak ada di film melainkan penuturan Pak Habibie secara langsung)
Sehingga dibalik semua itu, saya
meyakini keberhasilan seseorang dibangun atas dasar taqwa kepada Allah dan
didukung oleh pribadi yang sungguh-sungguh dalam ikhtiar dan tawakkal, keluarga yang harmonis, orangtua yang tulus mendo’akan,
serta sahabat-sahabat yang baik dan teman hidup yang sholih dan setia.
Komentar
Posting Komentar