Welcome to Stase Saraf
Alhamdulillah stase anak berakhir tepat seminggu yang lalu
dan saat ini sudah hampir seminggu saya menjadi coass stase saraf.
Kemarin ada diskusi menarik dengan seorang teman tentang (saya
menyebutnya) sindrom coass.
Ya, tentang keinginan coass untuk menemukan kasus-kasus yang aneh dan langka dan kaitannya dengan tujuan coass itu sendiri.
Terbersit pertanyaan, "Apakah nantinya saya akan menghadapi kasus yang variatif di fasyankes tingkat pertama? Berapa jumlah kasus aneh yang akan saya hadapi di puskesmas? Apakah saya sudah amat siap menjadi dokter yang menangani 144+ penyakit dasar yang ada di puskesmas?"
Kemudian timbul lagi pertanyaan, "Saya sebenarnya ingin menjadi dokter seperti apa? Apa yang saya cari di coass ini sebenarnya?"
Faktanya di lapangan nanti, kita belum tentu menemukan dan
dituntut untuk menatalaksana kasus yang ‘aneh’. Melainkan kita dituntut untuk
mampu mendiagnosis dan menatalaksana penyakit-penyakit sesuai dengan kompetensi
dokter umum.
Setelah saya pikir-pikir benar juga ya, pantas saja dokter
spesialis saya selalu menekankan bahwa goal pasca lulus menjadi dokter umum
adalah dokter umum mampu mendiagnosis dan menatalaksana penyakit secara baik,
benar, dan tepat, serta memandang pasien secara holistik.
Intinya harus care sama pasien, itulah yang ditekankan
konsulen saya di setiap stase.
Sehingga kasus-kasus aneh dan langka yang saya temui akan saya
pelajari dan saya tempatkan sebagai pengalaman berharga. Sedangkan penyakit-penyakit
dasar yang akan banyak saya temui di masyarakat itulah yang harus saya kuasai
benar.
Kembali ke stase saraf, dimana mayoritas pasiennya adalah
usia 45 tahun ke atas, saya terbersit untuk selalu memanjatkan do’a semoga Allah
senantiasa menganugerahkan kesehatan untuk ummi abi yang usianya sudah berkepala 4.
Aamiin.
Jikapun ummi abi harus check-up kesehatan nantinya saya
hanya berharap semoga saya bisa selalu ada disampingnya dan mendampinginya.
Semoga sehat selalu ya mi, bi.
Komentar
Posting Komentar