Coass Saraf Part 2
Di dunia coass ada istilah bakat pembawa. Entah ini memang beneran atau enggak, antara mitos
atau fakta.
Dahulu kala kakak tingkat yang sudah coass terlebih dulu
selalu bilang. “Nanti pasti ada coass pembawa dan ada coass penolak dek. Kalau
coass pembawa lagi jaga wah pasien barunya akan ramai nian.”
Kemudian saya teringat ketika di obgyn saya sudah dicap
teman-teman sebagai coass pembawa. Ketika jadwal saya jaga, dalam semalam
pasien selalu banyak. Pernah suatu malam saat saya jaga ada 8 ibu melahirkan
dan esoknya ada 8 ibu yang melahirkan secara caesar. Kata kakak bidan belum
pernah dalam sehari yang melahirkan dan caesar sebanyak itu.
Demikian juga yang dicap bertanggung jawab atas full bed (kamar
habis) nya bangsal obgyn adalah ketika saya dan partner jaga saya kala itu,
farida sedang jaga malam.
Paginya ketika mereka dinas, they said, “Wah pasien banyak banget nih pastinya farida sama rania yang jaga malem”
Hehehe, ntah harus bahagia atau sedih.
Ketika di stase anak dan neonatus pun demikian, telepon
pasien baru dari UGD selalu berdering di malam-malam saya jaga malam.
Hari ini saya ingin bercerita pengalaman 24 jam ++ (plus 2
jam) saya di Stase Saraf.
Pagi hari saya sudah mandi sejak pukul 05.00 WIB. Hari ini
dr. H. Simon T., Sp. S, M.Sc. Med visit pagi dan tak terduga jam berapa.
Pukul 06.30 WIB saya dan teman-teman sudah stand by di ruang
saraf dan sudah follow up pasien.
Pukul 07.15 WIB dokter Simon datang dan kami mulai visit dari Ruang Kenanga sampai Ruang Flamboyan.
Dokter Simon merupakan gambaran dokter yang baik bagi kami. Beliau
memberikan visit yang berkualitas kepada semua pasien, beliau selalu menerangkan
dengan jelas sampai pasien puas (lama).
Sehingga kami harus sudah sarapan setiap beliau visit agar
kuat berdiri dan tetap konsentrasi hehe.
Visit di ruangan selesai pukul 10.30 WIB.
Setelah itu saya
dan Agis berangkat ke poli saraf bersama dokter Simon.
Di perjalanan beliau bercerita beliau baru pulang pukul
02.00 dini hari sehabis menemani anak dan istrinya berlibur dan sudah berangkat
dari rumah ke rumah sakit pukul 05.00 pagi.
Begitu sampai poli, pasien yang menunggu sudah banyaaaak
sekali. Saya dan Agis membagi tugas TTV dan anamnesis. Setelah itu pasien
bergantian satu persatu konsul dengan dr. S. Saya dan Agis berada di kanan dan
kiri dr. S, membantu menuliskan apa yang harus ditulis sekaligus belajar
menatalaksana penyakit pasien.
Di sela-sela waktu itu, dr. S meminta izin ke pasien untuk
berdiri dan menggerak-gerakkan badan. Kami lihat beliau tampak lelah. Namun lelahnya
tidak mengurangi hak pasien untuk mendapatkan pelayanan dan penjelasan yang
baik.
Poli berakhir pukul 13.15 WIB
Kemudian saya dan Agis kembali mengikuti dr. S untuk mendatangi
pasien dari bangsal lain yang perlu konsul ke bagian saraf.
Visit pasien konsul berakhir pukul 14.00 WIB
Hari itu saya dan Agis kedapatan jadwal jaga malam. Saya dan
Agis bergantian izin makan dan mengambil baju. Sore menjelang maghrib sudah ada
2 telepon dari UGD memberitahukan ada pasien baru.
Sampai pukul 23.00 WIB
pasien baru berjumlah 3.
Pukul 23.00 kami injeksi obat dan mengganti infus yang
habis. Pukul 00.00 WIB kami meluruskan badan sejenak. Agis sudah tertidur.
5 menit berselang ada telepon dari UGD bahwa ada pasien baru
lagi.
10 menit kemudian pasien datang dengan penurunan kesadaran susp. stroke hemoragik.
5 menit berselang, ada keluarga pasien yang datang
melaporkan oksigennya habis, saya segera ke ruangan pasien tersebut. Oh iya, sebagian besar pasien saraf memang dirawat dengan selang oksigen, karena memang sebagian besar pasien ruang saraf adalah pasien stroke.
Dan setiap berselang 5 menit berikutnya entah mengapa
keluarga pasien bergantian berdatangan dengan alasan yang berupa.
Pukul 00.20 WIB ketika saya hendak merebahkan tubuh kembali. Seorang keluarga dari pasien yang baru datang satu jam yang lalu melaporkan “Mba tolong diperiksa bapak saya, sepertinya ada yang
berubah dengan napasnya”. Saya segera kesana membawa stetoskop dan penlight.
Setelah saya cek ternyata refleks pupil sudah negatif dan
nadi sudah tidak teraba.
“Maaf mas nafas dan nadinya bapak sudah nggak ada, untuk
memastikan saya cek dengan EKG dan saya panggilkan dokter jaga ya”
Tak butuh waktu lama dokter jaga sergera datang, menjelaskan pada pasien dan membuat surat keterangan kematian.
For the first time saya mendapati pasien plus (meninggal) di
ruangan.
Seperti malam-malam jaga lainnya. Saya terjaga sampai pukul
03.00 WIB baru kemudian dapat tertidur.
Sekian pengalaman
jaga malam di bagian saraf.
Sungguh banyak sekali ilmu yang didapat dari pasien
sungguhan.
Komentar
Posting Komentar