Menghibur Diri Sendiri

Dalam banyak situasi, kadang, menghibur diri sendiri itu tidak mudah.

Saat gagal tes masuk sekolah yang dicita-citakan, sudah mati-matian belajar, sudah berusaha habis-habisan, tapi mau dibilang apa, nama kita tidak ada di koran pengumuman. Mata jadi basah, kecewa dan sedih. Ingat orang tua yang berharap banyak. Ingat teman-teman yang lulus dan bersuka-cita. Dalam situasi ini, menghibur diri sendiri tidak selalu mudah. Berat sekali membujuk hati, bilang, "Hei, masih ada kesempatan lainnya." "Hei, dunia belum kiamat, loh. Masih ada sekolah lain. Masih ada tahun depan." Dan ribuan kalimat penghibur lainnya--yang tetap tidak mencegah bulir air mata kita tumpah. Omong-kosong semua kalimat-kalimat motivasi itu. Terisak menangis.

Saat mendapatkan nilai-nilai jelek, saat kenyataan tidak sesuai harapan, ketika disakiti, ketika menginginkan sesuatu dan tidak tercapai, saat kehilangan sesuatu yang disayangi, ditinggalkan pergi, hampir setiap hari hidup kita memiliki masalah, satu-dua serius sekali, namanya juga hidup, maka di titik-titik inilah, kita butuh kalimat yang menguatkan hati. Motivasi yang menegakkan kaki. Dan mungkin benih harapan-harapan baru yang akan membuat tersenyum. Tapi itu kadang tidak mudah. Susah payah. Karena memang, sejatinya, menghibur diri sendiri tidak selalu mudah.

Oleh karena itu, itulah guna-gunanya buku-buku yang baik. Saat kita kehabisan pegangan, baca buku-buku tersebut. Tidak mengapa membacanya dalam kondisi paling sedih, karena biasanya, justeru kalimatnya akan lebih meresap, nasehatnya akan lebih terasa. Milikilah buku-buku terbaik yang kalian anggap bisa menjadi penghiburan, yang setelah membacanya, perasaan akan lebih lega.

Jika tidak suka membaca buku, juga ada pilihan lain. Film-film. Ada banyak film legendaris, yang bukan saja ceritanya menghibur dan menyenangkan, tapi juga menginspirasi, membuat kita merasa ada nyala api baru di dalam dada. Tidak mengapa menontonnya sambil tersedu, saat menontonnya, berbisik dalam hati, cerita film ini kenapa mirip kondisi saya. Tidak mengapa, dia tetap penghiburan terbaik.

Bagaimana kalau tidak suka buku, pun tidak suka film? Cari hal lain. Mungkin ada kawan lama yang suka mengoleksi kaset ceramah Zainuddin MZ (diantara kalian pasti ada yang kenal dai kondang ini), saat dia bete, dia putarlah itu ceramah lawas. Sambil tiduran, menatap seekor cicak di plafon kamar. Habis kasetnya, dia akan menghembuskan nafas panjang. Atau mungkin putarlah lagu-lagu terbaik dari penyanyi-penyanyi hebat. Dengan lirik lagu yang entah kenapa gue banget. Saat sedang kecewa, putarlah itu lagu, saat gagal, putarlah juga itu lagu, aduh, terasa menusuk ke dalam hati. Inilah hidupku. Akan kulewati. Selesai lagu itu diputar, kita bisa tersenyum meski tipis. Atau ambil buku mewarnai, kemudian tenggelam asyik mewarnai. Atau blogwalking, membaca blog-blog di internet. Ada banyak sekali pilihan penghiburan.

Hidup ini memang tidak selalu berjalan sesuai mau kita, karena sopir sesungguhnya kehidupan bukan kita. Kadang kita bertemu jalan berbelok curam, lantas terpelanting jatuh. Kadang bertemu lembah dalam, terlempar jauh. Ayo bangkit, kawan, kita tetap harus melanjutkan perjalanan, semoga di depan jalanan landai dan mulus.

Ingatlah baik-baik: Dalam banyak situasi, kadang, menghibur diri sendiri itu tidak mudah. Itu betul sekali. Tapi bukan berarti mustahil untuk dilakukan.

Ini bukan tulisanku. Ini tulisan Tere Liye. Tapi mewakili perasaanku dan benar-benar kulakukan sarannya; membaca buku-buku baik, sungguh melegakan, menulis dengan bebas semua persepsi dan perasaan, sungguh menenangkan, dan yang paling penting mengungkapkan semua perasaan dan pengharapan kita pada yang Maha Mendengar, ini sungguh menentramkan. Meskipun melakukannya sambil berurai air mata. Maka setelahnya terasa lapang dan tak sadar senyum kembali tersungging di wajah. Terima kasih bang Tere.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istimror

Nilai Sebuah Kebersamaan

Merenungi Perjalanan