Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2016

Coass Saraf Part 3

Bismillah Mulai pekan kemarin jaga malam menjadi hanya seorang diri, tidak lagi berdua. Dua malam terakhir saya jaga malam, jumlah pasien baru dalam semalam berturut-turut 5 dan 6. And see.. malam ini sudah ada 8 pasien baru yang datang dan 1 pasien plus. Sepertinya bakat ‘pembawa’ itu memang benar ada.  Malam ini rekor ruang saraf menjadi full bed . Terisi penuh :'''''') Pengalaman jaga malam kali ini, semalaman nggak tidur. Stay up all night, alone. Pasien memanggil setiap 5 menit. Saya mondar-mandir di koridor mungkin ada 20 kali-an.  Sampai-sampai ada keluarga pasien yang menghampiri untuk memberi roti sama buah, sempat nolak tapi dipaksa, terharu, tetapi saya nggak ingat siapa, maklum setengah sadar. Kemudian saya jadi teringat orang-orang dan media yang merendahkan dan menyudutkan dokter, mungkin mereka tidak tahu rasanya coass.  Tetapi sejujurnya saya nggak ambil pusing juga sih apapun kata orang. Hehe. Sedih saja melihatnya, ngg

Coass Saraf Part 2

Di dunia coass ada istilah bakat pembawa. Entah ini memang beneran atau enggak, antara mitos atau fakta. Dahulu kala kakak tingkat yang sudah coass terlebih dulu selalu bilang. “Nanti pasti ada coass pembawa dan ada coass penolak dek. Kalau coass pembawa lagi jaga wah pasien barunya akan ramai nian.” Kemudian saya teringat ketika di obgyn saya sudah dicap teman-teman sebagai coass pembawa. Ketika jadwal saya jaga, dalam semalam pasien selalu banyak. Pernah suatu malam saat saya jaga ada 8 ibu melahirkan dan esoknya ada 8 ibu yang melahirkan secara caesar. Kata kakak bidan belum pernah dalam sehari yang melahirkan dan caesar sebanyak itu. Demikian juga yang dicap bertanggung jawab atas full bed (kamar habis) nya bangsal obgyn adalah ketika saya dan partner jaga saya kala itu, farida sedang jaga malam. Paginya ketika mereka dinas, they said,  “ Wah pasien banyak banget nih pastinya farida sama rania yang jaga malem” Hehehe, ntah harus bahagia atau sedih. Ketika di sta

Welcome to Stase Saraf

Alhamdulillah stase anak berakhir tepat seminggu yang lalu dan saat ini sudah hampir seminggu saya menjadi coass stase saraf. Kemarin ada diskusi menarik dengan seorang teman tentang (saya menyebutnya) sindrom coass. Ya, tentang keinginan coass untuk menemukan kasus-kasus yang aneh dan langka dan kaitannya dengan tujuan coass itu sendiri. Terbersit pertanyaan, "Apakah nantinya saya akan menghadapi kasus yang variatif di fasyankes tingkat pertama? Berapa jumlah kasus aneh yang akan saya hadapi di puskesmas? Apakah saya sudah amat siap menjadi dokter yang menangani 144+ penyakit dasar yang ada di puskesmas?"  Kemudian timbul lagi pertanyaan, "Saya sebenarnya ingin menjadi dokter seperti apa? Apa yang saya cari di coass ini sebenarnya?" Faktanya di lapangan nanti, kita belum tentu menemukan dan dituntut untuk menatalaksana kasus yang ‘aneh’. Melainkan kita dituntut untuk mampu mendiagnosis dan menatalaksana penyakit-penyakit sesuai dengan kompetensi

Resensi Film: Rudy Habibie

Gambar
Kemarin malam saya dan Hani menyaksikan film Rudy Habibie . Saya merekomendasikan film ini untuk ditonton, terutama untuk anak bangsa. Film ini menceritakan kisah hidup Habibie dari kecil hingga masa mudanya. Sebelumnya juga saya telah menonton serial Cinta Habibie di Mata Najwa Pelajaran yang bisa diambil dari kehidupan Rudy Habibie dalam film ini antara lain adalah: Pesan Ayahanda ketika Habibie masih berusia 5 tahun: " Lihat Rudy, mata air itu, indah bukan.. Jadilah seperti mata air, mata air yang jernih, yang bersih, jika mata air itu jernih maka tanah di sekelilingnya pun akan subur dan baik. Jika seseorang itu baik, maka orang-orang di sekelilingnya juga akan baik. Tetapi jika mata air itu kotor, keruh maka tanah sekelilingnya tidak akan baik." Pesan Ibunda ketika Habibie sedang dilanda masalah dan ingin pulang, “Rudy, mata air yang kotor jika diaduk-aduk akan tambah keruh. Sabar... Biarkan kotoran itu mengendap, hingga yang mengalir adalah yang jernih