Behind the Scene

Saya bahagia menikmati kehidupan behind the scene.
Atau kalimatnya bisa diganti dengan saya bahagia menikmati proses kehidupan ini.
Kehidupan yang sebenarnya, kehidupan tanpa pernak-pernik.
Because happiness is journey not destination.

Kita seringkali terkagum-kagum melihat orang-orang sukses, berharap ingin seperti itu, hidup yang serba mudah.
Begitupun juga orang-orang seringkali melihat kita dari tampak permukaan luarnya saja.
Padahal yang dilihat hanya sebagian saja, bukan seluruh hidupnya.
Pengetahuan yang sebagian ini yang seringkali menimbulkan ke-soktahu-an sisanya.
Saya belajar dan berusaha untuk tidak men-judge orang dari permukaan luarnya saja, karena saya percaya setiap orang melalui kehidupan dengan prosesnya masing-masing.

Di era tanpa batas, menggunjingkan kehidupan orang lain menjadi tren terutama di kalangan wanita.
Saya memiliki sahabat di SMA, sebut saja namanya Yaya, yang sifatnya patut ditiru;
Disaat teman-teman lain sedang sekedar berbincang mengenai orang lain, maka dia akan memilih untuk menutup kedua telinga atau pergi dari lingkaran tersebut, atau jika dia baru datang, maka dia akan berbalik arah, tujuannya satu: untuk menghindari ghibah.

Ya, ghibah merupakan dosa yang seringkali ditumpuk oleh kaum wanita.
Memang benar, banyak orang sudah tahu bahwa ghibah itu dilarang, tetapi tetap dilakukan.
Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari kebiasaan meng-ghibah.
Mari saling mengingatkan untuk menghindari hal yang sia-sia.

Hal yang sia-sia ini dapat kita hindari apabila kita mengisi setiap detik waktu kita dengan kegiatan yang bermanfaat.
Saya bersyukur kepada Allah karena sedari dulu hingga saat ini telah diberikan skenario kegiatan sehari-hari yang membuat saya tidak punya waktu untuk berleha-leha, 
Jikapun ada waktu senggang maka saya akan menghabiskannya untuk 3 hal:  1. Tidur (hehe.. terutama sehabis jaga malam), 2. Pekerjaan rumah (mencuci, dsb. Karena kalau bukan saya ya siapa lagi), 3. Refreshing (membaca, menulis, menonton, dan jalan-jalan).

Intinya, Saya amat bersyukur kepada Allah karena telah merangkaikan skenario yang Maha Indah.
You only live once, but if you do it right, once is enough.

Saya selalu berdo’a agar hati ini senantiasa dipenuhi cahaya iman, ilmu, dan al-qur’an.
Saya amat ketakutan jika ketiga hal itu tidak memenuhi hati ini.
Karena tanpa keberadaan 3 hal itu, seseorang dapat kehilangan akal sehatnya,

Di rumah sakit, saya mendapati potret kehidupan masyarakat yang beragam.

Saya beberapa kali menemui beberapa perilaku masyarakat yang membuat saya pilu; pemuda dengan luka seluruh tubuh diantar ke UGD karena terkapar di jalan dengan aroma alkohol, seorang ibu yang dibacok oleh anaknya, korban KDRT, begal, tahanan penjara dengan perdarahan karena overdosis narkoba, dan lain sebagainya. Na’udzubillahi min dzalik.

Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari kerusakan, kejahatan, kemaksiatan, dan marabahaya.

Di sisi lain, banyak juga tipikal pasien yang membuat haru;
Misalnya pasangan yang setia mendampingi pasangannya, rela kurang tidur, menghabiskan waktu berada di sampingnya, meski raut wajah suami/istrinya tak lagi cerah karena sakit yang diderita, lemah tak ada daya, bahkan mengalami gangguan ingatan, belum lagi apabila menderita penyakit kronik atau penyakit end stage yang menghilangkan harapan-harapan kehidupan yang indah, yang seperti ini barulah namanya true love.

Semoga kita tidak perlu diuji dengan kesakitan untuk membuktikan sejatinya cinta, Aamiin.

Ada pula tipikal anak yang berbakti kepada orangtuanya; menyuapi makan, membacakan qur'an, membersihkan kotorannya, dan merawat sebagaimana orangtua merawatnya ketika bayi. Yang seperti ini, semoga Allah berikan jalan yang lapang menuju Surga.

Meski terkadang ada juga pasien-pasien ‘spesial’ yang menguji kesabaran. Hehe.

Kembali ke topik, behind the scene berupa lelah, pegal, dan kaki terasa ingin copot saat jaga, belum lagi tuntutan laporan harian dan laporan jaga, kemudian stress yang dialami saat akan ujian, kegiatan-kegiatan tambahan di luar rumah sakit dan lain sebagainya merupakan behind the scene yang benar-benar saya nikmati.

Berangkat pagi, diberikan tanggung jawab memegang pasien dari pertama datang sampai pulang, jika dijalani dengan sepenuh hati, maka akan merasakan kebahagiaan tersendiri.

“Masa depan Allah rahasiakan agar kita merencanakan yang terbaik, melakukan yang terbaik, dan senantiasa berpikiran yang baik.”

Bahwasanya rintangan dan kesulitan membuat kita semakin meyakini bahwa Allah-lah pemilik skenario kehidupan, satu-satunya tempat bergantung dan memohon pertolongan.

“Barangsiapa takut kepada Allah maka segala sesuatu takut kepadanya. Tetapi barangsiapa takut kepada selain Allah maka segala sesuatu menakutkannya.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istimror

Nilai Sebuah Kebersamaan

Merenungi Perjalanan