Tentang Berkah

Ustadz Salim menyampaikan dalam taujihnya bahwa hendaknya tujuan yang utama dari semua kehidupan kita adalah keberkahan Allah.
Beliau memisalkan, kebanyakan orang menikah karena ingin bahagia. Tidak salah, namun yang utama, menikah adalah untuk meraih berkah.
Sebab jika Allah sudah berikan keberkahan, maka keberkahan yang memimpin dan bahagia yang akan menjadi makmum.
Apabila berkah sudah diraih maka bahagia akan mengikuti.
Dan sebab, bahagia bukanlah keadaan yang selamanya senang. 
Ada kalanya sedih, susah, sulit, namun tetap menikmati dan bersyukur.
Dan sebab, bahagia bukanlah limpahan materi melainkan rezeki yang berkah.

Kata ustadz Salim kembali, sakinah dinilai dengan empat ukuran, yang pertama adalah terjaganya hati dan diri kita dari kemaksiatan.
Sebagaimana dengan shalat, suatu kali fulan bertanya pada Imam Al-Ghazali, 
"Bagaimanakah cara menilai sholat itu khusyu’ atau tidak?"
"Lihatlah orang tersebut dari salam ke takbir"
"Bukankah urutan shalat itu dari takbir ke salam?"
Jawab Imam Al-Ghazali, "Tanda shalat yang khusyu' adalah, tercegahnya sang pelaku dari berbuat keji dan mungkar hingga ke shalat berikutnya. Jika shubuhmu khusyu, maka antara shubuh hingga zhuhur kau akan terjaga dari berbuat nista dan jahat hingga tiba waktunya zhuhur. Begitu seterusnya" 

Subhanallah. Alhamdulillah.
Indahnya menjadi muslim, tujuannya bukan kesenangan dunia melainkan ridho Allah SWT.
Indahnya menjadi muslim, yang ingin diraihnya bukanlah keuntungan melainkan keberkahan.
Indahnya menjadi muslim, apapun yang dimiliki terasa cukup sebab berkah yang diburu.
Indahnya menjadi muslim, apabila mendapati kemudahan ia bersyukur, jika menghadapi kesulitan ia bersabar.

Memburu berkah amatlah berat, tapi justru di dalamnyalah ada banyak nikmat 
-Lapis-Lapis Keberkahan

Allaahumma innaa nas-aluka salaamatan fiddiini, wa’aafiyatan fil jasadi, wa ziyaadatan fil ‘ilmi, wa barakatan fir-rizqi, wa taubatan qablal mauti, wa rahmatan ‘indal mauti, wa maghfiratan ba’dal mauti.
Allaahumma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti, wannajaata minan-naari, wal ‘afwa ‘indal hisaabi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istimror

Nilai Sebuah Kebersamaan

Merenungi Perjalanan