Aksi Super Damai 212

Bismillah

Malam itu, 1 Desember 2016,
(Melalui telepon)
“Ummi abi berangkat besok?”
“Insya Allah”
“Iya hati-hati ya mi bi”
“Coba mba disini ya. Kalau mba disini pasti ikut”
“Iya mi coba aja aku bisa kabur dari coass hehe”

Sejak malam itu sampai detik ini, setiap kali saya buka sosial media dan melihat pemeberitaan aksi bela Qur'an, saya selalu meneteskan air mata ber session-session.
Mungkin saya tak perlu menjelaskan mengapa, kalian pasti tahu bagaimana perasaan itu.
Perasaan haru sekaligus iri, ingin ikut serta berada disana, bergabung dengan mereka, ingin menjadi bagian dari barisan pembela al-Qur’an, menuntut keadilan.
Lebih dari itu, saya ingin merasakan indahnya ukhuwah islamiyah di Indonesia.

Sungguh, melihat barisan umat muslim yang kokoh amat menyemangati.

Saya hanya dapat kirimkan do’a semoga aksi hari itu, 2 Desember 2016 berlangsung dengan penuh keberkahan, keselamatan, dan kelancaran.

Tanggal 2 Desember, sembari dinas pagi saya ‘mencuri-curi’ kesempatan untuk memantau dari timeline media sosial dan siaran langsung dari televisi mengenai #aksisuperdamai212.
Namun lagi-lagi yang saya dapati tak kuasa untuk membendung air mata ini.
Aksi super damai 212 begitu luar biasa damai dan penuh dengan ruh-ruh ketulusan dan semangat para mujahid.

Berbagai cerita keharuan terjadi hari itu, bahkan hari-hari sebelum dan hari sesudah itu.
Mulai dari semangat para mujahid dari seluruh penjuru Indonesia untuk turut hadir karena satu alasan, iman di dalam hati. Iman kepada Allah dan kitab Allah. Merasa tersakiti oleh lisan pemimpin yang menistakan ayat Allah.

Demi hal tersebut hingga ada yang rela berjalan kaki ratusan kilometer demi ikut aksi,
Adapula yang berjihad harta dengan menyewa pesawat karena sewa bus mereka dibatalkan, tak gentar untuk tetap berangkat meskipun dihadang oleh oknum-oknum tertentu.

Hari itu semua melihat umat muslim berlomba-lomba dalam kebaikan, saling berbagi, bersedekah dengan apapun yang dipunyai.Semua pedagang makanan menggratiskan dagangannya hari itu.

Lingkungan sekitar tetap terjaga kebersihannya, rumput tidak ada yang diinjak.
Bahkan ada rombongan khusus yang mengambil bagian kebersihan, mengumpulkan sampah.

Dan yang paling membuat saya dan semua orang takjub adalah sholat jum’at berlangsung khusyu’ dengan jama’ah yang teramat banyak, dilansir mencapai 7.400.000 peserta.
Jama’ah sholat jum’at terbanyak yang pernah ada di Indonesia, dan (mungkin) di dunia.
Keindahan barisan tersebut ditambah lagi dengan keberkahan hujan yang turun hari itu. Waktu-waktu do’a dimaqbulkan.

Saya seketika teringat pada sejarah penaklukan konstantinopel yang juga berlangsung pada hari jum’at, yang didahului oleh kekhusyu’an para pasukan terpilih melaksanakan sholat jum’at berjama’ah.

Dibalik banyaknya jumlah peserta dan semangat yang luar biasa, tausiyah yang disampaikan oleh para ulama juga sangat menyejukkan, salah satu kalimat yang saya ingat betul (saya saksikan melalui video youtube) adalah;

KH. Abdullah Gymnastiar (AA Gym): “Jangan sampai berkumpulnya kita disini, membuat kita merasa seakan lebih kuat sehingga lupa bahwa Allah lah satu-satunya penolong kita. Jumlah tidak boleh membuat kita ujub, tidak boleh membuat kita takabur, karena ikhtiar hanyalah ibadah dan penolong kita hanyalah Allah subhana wa ta’ala. Hasbunallah wa ni’mal wakil ni’mal maula wa ni’man nashir”

Rasa haru kian bergemuruh di dalam dada.

Semoga permasalahan bangsa Indonesia segera terselesaikan, semoga ukhuwah islamiyah semakin erat ikatannya, mengingat kemerdekaan bangsa ini pun diinisiasi oleh ulama kaum muslimin dan para santri.

Semoga Indonesia menjadi bangsa yang diberkahi Allah.
Semoga Indonesia dianugerahi pemimpin yang berakhlak mulia dan senantiasa takut kepada Allah, yang mampu membawa rakyat pada keadilan dan kesejahteraan. Aamiin

Namun seperti segala sesuatunya, aksi tersebut bukanlah akhir dari segalanya.
Pembuktian-pembuktian kecintaan kita terhadap al-Qur’an harus terus berlanjut dan senantiasa ditingkatkan sampai selamanya, sampai akhir nanti, sampai nafas tak ada lagi.

Semoga al-Qur,an menjadi sahabat kita saat ini, esok, dan seterusnya, hingga kelak di kehidupan selanjutnya, sebagai syafa'at di yaumil hisab. Aamiin.






Hanifah Rahmania
Metro, 6 Desember 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istimror

Nilai Sebuah Kebersamaan

Merenungi Perjalanan