Stase Bedah
Liburan singkat baru saja berakhir. Rotasi coass dimulai
kembali.
Sedih meninggalkan liburan namun entah kenapa saya tidak
kelihatan sedih.
Hari itu sabtu pagi Saya dan Farida baru saja sampai di
Metro setelah perjalanan selama 8 jam dengan Damri. Seharusnya kami sampai di
Metro pukul 05.00 WIB, namun ada kendala ban bocor sehingga kami tiba di Metro
pukul 07.30 WIB.
Saya dan Farida membeli sarapan nasi kuning saat itu, untuk
kemudian pedagang tersebut bertanya,
“Hmmm mba nya dari mana?”
“Dari Depok mas, kalau dia dari Bekasi”
“Kesini mau kemana? Liburan ya?”
“Nggak mas. Coass hehe”
“Oalaah kirain liburan soalnya kelihatannya suuweeneeeng
bangeet” (pake huruf u dan w)
Benarkah?
Hahaha. Kami tertawa.
Saat ini saya berada di Stase Bedah, bersama Hani dan
Farida, dan satu kelompok kecil dengan Farida.
Hari senin kemarin merupakan hari pertama dinas di Stase
Bedah, sekaligus hari pertama kedapatan jadwal jaga IGD dengan Farida.
Bismillah
Setelah pulang dinas pukul 14.00 WIB, Saya dan Farida
kembali ke kosan kemudian makan, mandi dan istirahat sebentar, kemudian kembali
ke IGD pukul 15.00 WIB.
Hari senin memang biasanya hari ramai pasien. Namun hai itu
sungguh ramai, karena pasien datang secara rombongan, sekaligus, 4-5 orang sekali
datang.
Sehingga kami harus gesit menganamnesis, memeriksa, menginfus,
mengambil darah, dan lain sebagainya. Kemudian mengulangi hal yang sama pada
pasien selanjutnya.
Kejadian ini terus berlanjut hingga malam dan tengah malam. Tanpa
henti.
Saat itu kami sadari, ada satu kenikmatan yang seringkali
kita lupakan yaitu nikmat duduk.
Hal itu yang terbersit ketika kami jaga IGD malam itu.
Tidak
muluk-muluk ingin tidur. Hanya ingin duduk.
Kami memanfaatkan duduk ketika bergantian izin sholat. Nikmat yang luar biasa.
Kegiatan ini terus berlanjut hingga azan shubuh. Benar-benar rekor nonstop sepanjang saya jaga IGD.
Kami memanfaatkan duduk ketika bergantian izin sholat. Nikmat yang luar biasa.
Kegiatan ini terus berlanjut hingga azan shubuh. Benar-benar rekor nonstop sepanjang saya jaga IGD.
Disamping itu saya bersyukur kepada Allah atas tubuh ini,
meskipun lelah, ia sebisa mungkin bisa menutupi kelelahan itu di depan pasien.
Sebisa mungkin hanya tampakkan kelemahan di saat sendiri.
Good job my body!
Over all, tidak ada alasan untuk tidak selalu bersyukur.
Sesungguhnya nikmat yang Allah berikan tak terhingga banyaknya.
Alhamdulillah 'ala kulli hal.
Over all, tidak ada alasan untuk tidak selalu bersyukur.
Sesungguhnya nikmat yang Allah berikan tak terhingga banyaknya.
Alhamdulillah 'ala kulli hal.
Komentar
Posting Komentar