Teman Perjalanan

Setiap hendak melakukan perjalanan jauh sendiri (Jakarta-Lampung atau Lampung-Jakarta), saya selalu berdo’a.

"Ya Allah, semoga orang yang duduk di sebelah saya orang baik, Aamiin"

Kalau sedang naik pesawat sebenarnya tidak begitu masalah, karena Lampung-Jakarta hanya berdurasi 30 menit.
Nah, kalau naik damri yang notabene 8 jam, seseorang di sebelah amat menentukan.

Alhamdulillah, selama ini Allah selalu memberikan saya penjagaan dengan menempatkan orang-orang baik di sebelah saya.
Terima kasih ya Allah.

Dari kesemuanya, saya paling sering bersebelahan dengan ibu-ibu. Ibu-ibu yang hobi bercerita lebih spesifiknya.
Jadi, sepanjang perjalanan, saya menghadapkan wajah saya ke si ibu demi menjadi pendengar dan sesekali dimintai pendapatnya.

Senang sih, karena dengan hanya bermodalkan mendengar beberapa jam saja, saya bisa mengetahui kisah si ibu selama hidupnya, sekaligus menyimpulkan hikmah-hikmah kehidupan yang tersirat dalam cerita.

Karena di awal perkenalan si ibu sudah tahu bahwa saya ini coass tingkat akhir, terkadang semua penyakit keluarganya ditanyakan oleh si ibu.
Meskipun ada ibu-ibu yang tidak percaya kalau saya calon dokter, katanya “Tapi wajahmu itu seperti masih SMA lho” (duh makasih bu, seneng dengernya hehe :D),

dan bonusnya lagi, Alhamdulillah para ibu biasanya selalu menyelipkan do’a-do’a kepada saya menjelang akhir perjalanan.
"Semoga berkah ya ilmunya, semoga menjadi dokter yang sukses, yang disenangi masyarakat."
Aamiin, terima kasih bu, Ibu juga semoga sehat selalu :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istimror

Nilai Sebuah Kebersamaan

Merenungi Perjalanan