Big No for Harsh Word

Sebenarnya, saya paling tidak nyaman mendengar perkataan kasar atau kotor.

Jika menurut keselamatan kerja definisi polusi suara adalah kebisingan di atas 85 desibel selama 8 jam,
Bagi saya, polusi suara adalah ucapan kasar atau kata-kata kotor.

Janganlah dulu membahas hadits nabi, secara pendengaran saja tidak enak di dengar, bener ngga sih?
Kadang saya berpikir, orang-orang yang berkata kotor itu apakah hatinya nyaman saat mengatakannya? Apakah karena lingkungannya begitu keras? Apakah merasa keren? Apakah agar dapat diterima dalam pergaulan? Apakah kekinian? Ah semoga saja karena belum paham.

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berbicara yang baik atau diam.”
(Muttafaq ‘alaih, dari Abu Hurairah)

Rasulullah Saw bersabda, Amal yang paling dicintai Allah adalah menjaga lisan.”
(HR. Al-Baihaqi)

Rasulullah Saw bersabda,“Seorang hamba tidak akan mencapai hakikat iman sebelum dia sanggup memelihara lisannya.”
(HR. Ath-Thabrani)

Seorang mukmin bukanlah orang yang mencela, bukanlah orang yang melaknat, dan bukanlah orang yang suka berkata keji lagi kotor.” 
(HR. Tirmidzi)

Mulutmu harimaumu menurut peribahasa. Berkata kasar kerugiannya double, tercatat amal buruk bagi diri sendiri, belum lagi jika ada orang yang tersakiti. Waduh berat..

Tidak ada pembenaran untuk berkata kasar, meskipun dalam rangka membalas kekasaran.
Kebaikan dibalas kebaikan itu biasa, tetapi membalas keburukan dengan kebaikan itu luar biasa.

Rasulullah pernah dihina, direndahkan, ditimpuk batu, hingga dilempar kotoran, namun tak pernah sekalipun perkataan terlebih perilaku kasar beliau tampakkan.
Rasulullah adalah teladan yang super santun, semoga kita diberikan taufiq untuk dapat mencontoh akhlak beliau.
Allahumma sholi ‘ala Muhammad..

Bila ada orang yang berkata, ah terlalu kaku, polos amat, nggak gaul..
Oh ya? benarkah kata-kata santun membuat kita tidak dapat bergaul?
Saya kira tidak :)

Wallahu a'lam bisshawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istimror

Nilai Sebuah Kebersamaan

Merenungi Perjalanan