Love Confession

Ketika menjadi orangtua, kita baru merasakan betapa cinta kita kepada anak-anak luar biasa.

Saat mendapati momen berdua saja dengan anak, aku seringkali menyampaikan perasaanku.
Tak terasa saat ini posisiku adalah sebagai orangtua, bukan lagi hanya sebagai anak.
Aku pun terkejut dengan kata-kata yang secara spontan saja mengalir dari mulutku.
Sore tadi, aku sampaikan pada sulungku,
"Umi banggaaa sekali sama Abang, karena hari ini Abang bersikap baik terhadap orang di sekitar Abang. 
Umi juga senang karena Abang suka bertanya hal yang Abang ingin ketahui. 
Tandanya abang memiliki rasa ingin tahu. 
Abang.. semakin banyak Abang tahu, semakin banyak ilmu yang Abang dapat. Allah sayang dengan orang yang berilmu. Semoga Abang selalu senang mencari ilmu."

Siang harinya, saat Abang sekolah, dan aku berdua saja dengan Adek, aku sampaikan hal yang serupa,

"Umi sayang sekali sama cantiknya umi, Adek hebat hari ini makannya lahap, kalau makannya lahap, Adek jadi sehat. Allah suka anak yang kuat. Adek juga anak yang senang merapikan mainan, mengelompokkan mainan sesuai jenisnya, mengembalikan mainan ke tempatnya setelah belajar. Umi banggaa sekali sama Adek karena Adek senang dengan kerapihan. Allah itu suka kerapihan dan kebersihan. Jadi, insya Allah, Allah juga sayang sama Adek."

Ya, aku menyampaikannya sedemikian detail. Setiap kali mereka melakukan kebiasaan baik, aku menyebutnya bahwa itulah sikap yang benar, bahwa aku bangga dengan mereka, dan bahwa Allah juga sayang mereka.

Aku meyakini, semua orangtua pasti 100% menyayangi anaknya, tetapi mungkin, anak tidak tahu bagaimana perasaan kita, jika kita tidak pernah bilang. Mari normalisasi confess rasa sayang kita terhadap anak-anak kita.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istimror

Nilai Sebuah Kebersamaan

Merenungi Perjalanan