Derasnya arus informasi dan masifnya pengguna media sosial membuat antar individu dapat melihat maupun menampakkan kehidupan pribadinya. Dari teman hingga selebgram. Dari rumah impian hingga destinasi liburan. Dari menu makanan hingga tren pakaian. Dari prestasi hingga pekerjaan. Secara sadar mudah saja kita mengelak. "Tidak berpengaruh pada kehidupanku kok." Ya.. mungkin betul, mungkin juga tidak. Sisi positifnya tentu ada, let's say .. inspirasi, ragam info terkini, senang karena dapat tetap keep up dengan teman lama, bertemu circle baru, etc.. Namun ada sisi lain, secara tidak sadar, walaupun sedikit. Mungkin terbesit pikiran membandingkan kehidupan orang lain dengan kehidupan sendiri. Sayangnya, tak banyak yang mau mengakui dan jujur pada diri sendiri. Hingga celakanya, hal tersebut membuat diri tidak bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki. Hal manusiawi.. Untuk memiliki lebih banyak keinginan dibandingkan m...
Istimror = berulang-ulang = kontinyu = konsisten Islam mengajarkan kita untuk istimror, yakni melakukan amalan secara terus-menerus, berulang-ulang, menjaga konsistensi dalam beramal. Seringkali kita terlalu bersemangat sehingga kita melakukan sebuah amalan besar namun hanya pada titik semangat itu saja. Sedangkan Allah sangat mencintai perbuatan yang istimror (kontinyu) meskipun sedikit (Muttafaqun alaih). Istimror memang sulit karena sifat manusia yang mudah bosan dan semangatnya yang turun naik. Istimror membutuhkan ketekunan untuk terus melakukannya. Maka dalam banyak hal, keberhasilan dan kegagalan ditentukan oleh sifat istimror dibanding faktor lainnya. Istimror dalam bahasa syari’at adalah istiqomah. Istiqomah adalah keteguhan prinsip mempertahankan amalan di waktu lapang maupun di waktu sempit. Istiqomah juga merupakan jalan menuju husnul khotimah. Disamping memang disyari’atkan, istimror memiliki hikmah yang dalam dilihat dari berbagai aspek. ...
Setelah menjadi orangtua, baru merasakan, di setiap detik, di setiap waktu, selalu ada do'a dan harapan untuk anak-anak. Di saat hujan turun, saat di perjalanan, saat setelah sholat, selalu terbersit untuk memanjatkan do'a untuk permata hatiku. Kali ini, di hujan sore ini, tak ingin hanya kuucapkan dalam hati, maka kupanjatkan do'a ini Ya Allah.. Ya Allah, Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, Wahai Allah Sang Penggenggam Jiwa, Jadikanlah anak-anakku Tsabit dan Atqiya, (serta anak cucu dan keturunanku yang mungkin belum hadir) menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah, anak yang cerdas, mudah menerima ilmu yang bermanfaat dan mudah menyerap hikmah akan ilmu & kebesaran-Mu sehingga bijaksana jiwanya, teduh perangainya, dan kokoh imannya. Ya Allah, Yang Maha Cerdas, Maha Bijaksana, Jagalah setiap langkah anak-anakku agar senantiasa dalam keridhoan-Mu dan ketaatan kepada-Mu, dikelilingi hamba-hamba-Mu yang sholih, bertemu dan mendapat bimbingan guru-...
Komentar
Posting Komentar