Hikmah Pendengaran
Di stase saraf, saya banyak menyaksikan pasien stroke dengan
penurunan kesadaran. Dokter saya mengajarkan untuk melakukan breaking bad news
tidak di depan pasien meskipun pasien tersebut sedang koma. Karena kabar yang
buruk dapat membuat keadaannya semakin memburuk.
Beliau juga selalu berpesan kepada keluarga pasien yang sedang kritis,
“Ibu, pasien ini meskipun tidak sadar tetapi dapat
mendengar. Dapat mendengar namun tidak dapat berespon. Jadi alangkah baiknya
jika orang-orang tersayang selalu berada di sekitarnya, membisikkan do’a-doa
dan semangat agar keadaannya membaik. Itulah mengapa meskipun koma terkadang
air mata tetap dapat mengalir dari matanya sebagai respon terhadap
pendengarannya”
“..Dan Dia jadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan
hati (akal fikiran), nemun sedikit sekali kamu yang bersyukur.”(QS. As-Sajadah
: 9).
“..Sesungguhnya pendengaran dan penglihatan dan
hati semuanya itu akan di minta pertanggung jawabannya.. “ (QS Al-Isro : 36)
Dalam ayat-ayat al-Qur’an, pendengaran selalu disebutkan
lebih awal dibandingkan dengan penglihatan.
Pendengaran adalah hal yang pertama diaktifkan oleh Allah
dan yang terakhir kali berfungsi di penghujung usia.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adzan di telinga
al-Hasan bin ‘Ali pada hari beliau dilahirkan maka beliau adzan di telinga
kanan dan iqamat di telinga kiri.” (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul
Iman)
Masya Allah inilah hikmah mengapa bayi diadzankan ketika pertama dilahirkan, dan anjuran talqin terhadap orang yang hendak meninggal dunia, karena pendengaran adalah indera yang paling pertama difungsikan dan paling terakhir di non-aktifkan.
Masya Allah inilah hikmah mengapa bayi diadzankan ketika pertama dilahirkan, dan anjuran talqin terhadap orang yang hendak meninggal dunia, karena pendengaran adalah indera yang paling pertama difungsikan dan paling terakhir di non-aktifkan.
Wallahu a’lamu bishawwab.
Komentar
Posting Komentar