First experience

Bismillah..

Hari jum'at kemarin, kami Pengurus FSI (Forum Studi Islam) Ibnu Sina mengadakan promo kepada mahasiswa baru bersama dengan empat lembaga kemahasiwaan lainnya yang ada di FK Unila.

Berbagai persiapan telah kami lakukan, walaupun terbilang mendadak, alias kurang dari seminggu sebelum hari H. Diantara persiapan kami adalah pembuatan video iklan FSI, formulir, lollipop, pin FSI, serta persiapan mental pastinya.

Walaupun ini adalah program kerja bidang kaderisasi, namun kami semua bertanggung jawab atas perekrutan ini, saya pun deg-deg an membayangkan bagaimana respon mahasiswa baru nantinya.

Malam sebelum promo kami mengerjakan atribut sampai larut malam. Sedangkan, di pagi harinya kami harus tetap fit karena sebagian dari kami adalah panitia propti yang memang sedang berlangsung saat itu.

Tibalah detik-detik FSI dipersilahkan maju, setelah sebelumnya saya ikut serta mempromosikan BEM FK Unila.

Oke sip. Barisan sudah siap. Para ikhwan berada di posisi depan lengkap dengan bendera FSI, diikuti akhwat-akhwat di belakangnya. Pasukan jaket merah.
Kami masuk dari pintu belakang dengan iringan takbir yang dipimpin oleh Tri Suhanda.
semarak takbir diikuti oleh mahasiswa baru dengan backsound nasyid Shoutul Harokah. Mengharukan.

Acara selanjutnya adalah orasi oleh Ketua Umun FSI Ibnu Sina yakni, Kak Gulbuddin Hikmatyar.
beberapa saat kemudian, sebagian pengurus membagikan formulir serta amunisi yang telah dipersiapkan. Aku terharu, mereka berebutan meminta formulir, ya, mahasiswa baru itu. Aku bahagia sekali melihat antusiasme mereka.

Setelah orasi dari ketum FSI, mulailah pemutaran video yang berisi testimoni dan dokumentasi foto-foto kegiatan selama setahun kemarin, dengan backsound nasyid Tashiru. ya Allah.. suasana ini mengingatkanku pada Al-Kahfi, tempatku dibina selama 6 tahun. Tak terasa, waktu membuatku berbalik menjadi calon pembina adik-adik tingkatku di kampus. Mataku berkaca-kaca, menetes sudah satu tetes dua tetes. Suasana ini membuatku rindu. Layaknya pengembara yang telah menemukan oase. Itulah perasaanku saat hadir dalam setiap moment FSI Ibnu Sina.

Akhir acara ditutup dengan kuis. Pemenangnya akan mendapatkan 3 buah souvenir MTQ Padang dan souvenir dari Jepang pemberian keluarga FSI yang sudah menapak langkah kesana, Mba Meta Sakina.
Cara mendapatkannya bukan dengan menjawab pertanyaan, tetapi dengan seleksi. 
Sang MC, Leo dan Ridho mengajukan pertanyaan, "Hanya orang-orang pilihan yang berhak mendapatkan hadiah ini", ujar mereka.
"Siapa yang seminggu ini sholat shubuh?, silahkan berdiri". Hampir semua berdiri.
"Siapa yang seminggu ini baca al-qur'an?, yang tidak silahkan duduk". Para peserta mulai berguguran, beberapa masih berdiri. "Siapa yang sudah puasa di minggu ini?, yang tidak silahkan duduk". Tersisa enam peserta. Pertanyaan terakhir, "Siapa yang sudah sholat tahajjud seminggu ini?, yang tidak silahkan duduk". Tepat sekali, hanya tiga peserta yang tersisa. Merekalah yang berhak menerima souvenir tersebut.

Kami kembali keluar kelas sembari menerima formulir yang telah diisi, formulir para calon keluarga besar FSI. Takbir menggema hingga kami meninggalkan ambang pintu.
Aku tak lagi meneteskan air mata, tetapi mengalirkan air mata.
Setiap orang bertanya-tanya, "kamu kenapa nangis ran? kamu kenapa?"
Aku segera berlari ke sekretariat FSI diikuti Idzni, Tika, Huzai, dan Ara.

"Aku terharu", kataku sambil memeluk mereka bergantian. Tangisku belum juga reda malah semakin menjadi. "oaaalaaah.. kamu bikin semua orang panik ajaaa", kata mereka, sembari mengusap-usap bahuku.

Hehe..mungkin aku berlebihan ya. Maaf ya teman-teman. Tapi itu sungguh tak direncanakan dan tidak dibuat-buat. Mengharukan sekali suasana itu hingga hatiku bergetar dan menangis.
Mungkin teman-teman lain sudah biasa dengan kegiatan ini. 
Namun aku tidak, karena ini adalah pengalaman pertamaku merekrut orang ke jalan ini.

ketika SMP dan SMA, lingkunganku homogen, semua mendapatkan pemahaman dakwah yang sama.
Aku bersyukur bisa merasakan lingkungan heterogen yang penuh tantangan ini.
Semoga keluarga muda ini bertahan hingga akhir. Tugas kami lah menjaga mereka. 
Bantu kami ya Allah.. aamiin..



Menjadi dokter yang cerdas itu pilihan. Menjadi dokter yang taat adalah kewajiban.
-Kak Chofi Qolbi NA-







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istimror

Nilai Sebuah Kebersamaan

Merenungi Perjalanan