Dear Me

Teruntuk, Hanifah Rahmania  di usia 23 tahun.

hai, namaku hanifah rahmania, 19 tahun.
izinkan aku menyapamu di usia 23 tahun..
apa kabarmu? kuharap selalu luar biasa.
apakah ihsan dan salma yang selalu mengikuti jejakmu sejak lahir, TK, SD, SMP, SMA
juga terus mengikuti jejakmu dengan berkuliah di kedokteran?
mereka berdua adalah kesayangan,
jadilah contoh yang baik bagi mereka.

oh iya, sudah berapa impian yang telah kau capai? apa kabar hafalan qur'anmu?
aku harap impian yang telah kau tulis di dinding kamarmu sejak tingkat 1 itu,
banyak yang sudah tercoret dan terkabul ya. Aamiin..
Hafalanmu, terus dijaga ya :)

bagaimana dengan sahabat-sahabatmu? aku yakin mereka akan tetap setia membersamai
dan mendukungmu hingga detik ini, hingga kapanpun, nanti dan selamanya
semua karena rabithah, benar bukan?
bersyukurlah wahai diriku..

may i call you a doctor?
yap. Congratulation. Barakallah.
semoga kau telah berhasil menyelesaikan pendidikan dokter dengan sempurna :")
amanahlah dalam menjalankan profesimu,
ingatlah niatmu di awal, jadilah dokter yang sholihah dan mushlihah..

semoga ummi, abi dan orang-orang yang menyayangimu berbahagia akan puterinya
yang telah melewati masa remajanya dengan baik.
Balaslah semua kebaikan dan pengorbanan ummi, abi,
dan orang-orang yang menyayangimu wahai diriku,
mereka adalah anugerah dari Allah untukmu.

semoga 23 tahun ini bukan hanya menandakan dewasanya usiamu,
tetapi juga sifatmu :)

aku yakin, di usiamu yang sekarang ini, tanggung jawabmu semakin besar dan banyak.
aku harap kau tidak menjadikannya beban, melainkan sebuah kebahagiaan yang patut disyukuri,
karena Allah telah mempercayakan semuanya padamu.
maka jalanilah dengan sebaik-baiknya :)

aku harap kau selalu berbahagia
dan selalu berada dalam lindungan Allah SWT. Aamiin..
dan pastinya kau akan punya segudang cerita.
walaupun nanti kau sibuk, sempatkan membalas suratku ya..

dari aku, yang sangat menyayangimu,
Hanifah Rahmania, 19 tahun.


Komentar

  1. sarahkhrns3 Desember 2013 pukul 18.17

    bagus banget ni :)

    BalasHapus
  2. Hanifah Rahmania3 Desember 2013 pukul 19.58

    Terinspirasi dari sebuah lagu jepang sar :D

    Pas umur 23, ingetin aku untuk bales surat ini ya sar :')

    BalasHapus
  3. Ihsan Ash Shiddiqi23 Juli 2017 pukul 08.11

    blog yang keren
    tulisannya bagus-bagus
    benar2 positive insight
    seakan memotivasi untuk dapat membuat tulisan2 positif juga bagi pembaca

    untuk postingan ini, pas dibilang terinspirasi dari lagu jepang, saya jadi teringat 'watashi e' nya supercell, Salah satu lagu favorit saya dan menggelitik saya untuk ikut berkomentar
    entah lagu tersebut yang dimaksud atau bukan

    btw salam kenal


    BalasHapus
    Balasan
    1. Hanifah Rahmania24 Juli 2017 pukul 13.27

      Benar kak, dari lagu 'watashi e' :D

      Terima kasih komentarnya, semoga tulisan sederhana saya dapat bermanfaat bagi pembaca. Aamiin
      Salam :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istimror

Istimror = berulang-ulang = kontinyu = konsisten Islam mengajarkan kita untuk istimror, yakni melakukan amalan secara terus-menerus, berulang-ulang, menjaga konsistensi dalam beramal.  Seringkali kita terlalu bersemangat sehingga kita melakukan sebuah amalan besar namun hanya pada titik semangat itu saja. Sedangkan Allah sangat mencintai perbuatan yang istimror (kontinyu) meskipun sedikit (Muttafaqun alaih). Istimror memang sulit karena sifat manusia yang mudah bosan dan semangatnya yang turun naik. Istimror membutuhkan ketekunan untuk terus melakukannya. Maka dalam banyak hal, keberhasilan dan kegagalan ditentukan oleh sifat istimror dibanding faktor lainnya. Istimror dalam bahasa syari’at adalah istiqomah. Istiqomah adalah keteguhan prinsip mempertahankan amalan di waktu lapang maupun di waktu sempit. Istiqomah juga merupakan jalan menuju husnul khotimah. Disamping memang disyari’atkan, istimror memiliki hikmah yang dalam dilihat dari berbagai aspek. Saya
Baca selengkapnya

Nilai Sebuah Kebersamaan

Gambar
Merupakan kesyukuran yang luar biasa, bahwasanya Allah menciptakan aku, kau, dan kita tidak sebatang kara. Layaknya kanvas yang kan terasa tak berwarna jika hanya satu warna tunggal diatasnya. Merupakan kesyukuran menyatu dengan warna-warna lainnya. Ya, itulah kau, yang telah membawa beragam warna dalam hidupku. You bring the colours to my life Guru saya pernah berkata suatu kali: “Kalian tahu istimewanya nilai ukhuwah? Ya, ketika kita tidak hanya bersama dan bersatu raga, tetapi hati yang saling tertaut. Tidak seperti perkumpulan yang sekedar boyband/girlband k*r*a misalnya, mereka terlihat kompak di atas panggung dan layar kaca, padahal hati mereka? Tahsabuhum jami’an wa qulubuhum syatta  kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah (Q.S Al Hasyr : 17) Tentulah tak ada yang dapat mengeratkan hati-hati ini selain Allah sang pemilik hati” Berawal dari ketika aku dilahirkan, selalu ada ummi, abi, dan kedua adikku ihsan, dan salma
Baca selengkapnya

Merenungi Perjalanan

Allah anugerahkan perasaan, akal, dan berbagai indra agar manusia dapat merasakan, merenungkan, dan memikirkan akan setiap kejadian, akan kebesaran Allah, atas kesempurnaan penciptaan, atas keteraturan benda sekecil atom hingga sebesar galaksi. Setiap apa yang kita lihat, dengar, dan temukan, telah digariskan, tak ada yang kebetulan. Nothing in life happens by chance. Every single incident, every single moment, every single word or look someone gives to you, it all happens for one single purpose; to remind you to Allah subhana wa ta'ala. Rest, read, and listen, What is Allah trying to tell you? Bertanya pada hati tidak bisa dalam kegusaran, dalam kemarahan, atau dalam keramaian. Menepilah sejenak untuk merenungkan. Apa yang Allah ingin aku ketahui? apa yang Allah ingin aku pelajari? Apa yang Allah ingin aku lakukan? Menjalani kehidupan bumi dengan hati yang tertaut pada langit.
Baca selengkapnya