Prosa Mini : Kupu-Kupu Perak

Matahari hendak terbenam. Aku berjalan seorang diri di taman kota, hendak mencari angin.
Jiwaku dipenuhi oleh berbagai tekanan, didominasi oleh rasa bersalah yang mendalam.
Aku duduk di bangku taman. Hatiku gundah, bahkan diriku tak dapat mengatur  lalu lintas pikiran yang hilir mudik dalam otakku.
Betapa bodohnya aku telah mengecewakanmu, sahabat sejatiku.
Andai waktu dapat terulang akan kuperbaiki segalanya, namun bisakah? Aku berbisik pada kembang langit yang kini berubah menjadi jingga.
Semilir angin menyergapku, menawarkan dirinya untuk temaniku.
Tetiba ada sesuatu yang hinggap di pundakku, halus seperti kupu-kupu.
Ternyata bukan kupu-kupu penuh warna-warni yang kudapat.
Rupanya itu kau, kupu-kupu perakku, manusia berjiwa lembut nan tegar.
“Aku maafkan kau, jangan bersedih”
Suaramu bergetar, ada butir indah keluar dari sudut matamu.
Air matamu, air mata melati. Harum, murni, tulus, suci.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istimror

Nilai Sebuah Kebersamaan

Merenungi Perjalanan