Prosa Mini : Surat Perpisahan

Aku memenuhi kertas surat berwarna biru muda dengan tinta hitam. Mencoba merangkai kata. Kata-kata perpisahan yang baik. Setidaknya agar hatimu dapat menerima dengan tenang dan lega bahwa perpisahan ini hanya sementara.
Tatkala surat perpisahan telah aku rampungkan. Aku menatap lekap-lekap kata demi kata yang telah aku buat. Melalui kalimat-kalimat ini aku berharap kau akan percaya bahwa aku, kau, dan kita akan baik-baik saja.

Pikiranku beranjak pada tiga tahun silam. Tuas rindu mengungkit memoriku saat kita bertemu di antara barisan pohon kelapa di sebuah pantai berpasir putih kala itu. Pertemuan untuk pertama kalinya, ketika kita sama-sama diorientasi sebagai siswa baru.
Awal pertemuan kita biasa saja. Hari-hari setelah itu yang menjadikannya istimewa.
Ah. jika mengingatnya sesungguhnya aku tidak ingin pergi.

Tiba-tiba bau asap knalpot bercampur bensin membuyarkan lamunanku. Rupanya kau sudah datang.

Di tempat ini, di bawah pohon jambu yang ranum, aku menyerahkan suratku kepadamu.
Surat perpisahan yang kubalut dengan sehelai pita berwarna merah jambu.

Kau menatapku penuh tanya. Ya, aku memang tak ceria seperti biasanya. Aku bisa apa, kalang di hati, sesak di dada, aku tak bersuara, khawatir ada air mata yang tumpah.
Sedetik kemudian aku berbalik dan berlari. Meninggalkanmu. Untuk sementara.

Bandar Lampung, 7 Januari 2014
Hanifah Rahmania
@hanifarania

...

Pekan ini sebuah grup kepenulisan mengenalkan dan meminta kami membuat prosa mini fiksi.
Ternyata gampang-gampang susah membuat cerita fiktif.
Setelah rampung prosa mini fiksi dengan tema bebas. Kami ditantang untuk membuat prosa mini dengan kata-kata yang tidak berhubungan. 

Kata-kata tersebut yakni: 
Tinta
Bensin
Kelapa
Jambu
Lekap
Tuas
Kalang

Sulit awalnya. Aku membutuhkan waktu yang agak lama hingga akhirnya dapat merangkai kata-kata tersebut menjadi sebuah prosa mini berjudul Surat Perpisahan.
Bagiku, menulis fiksi memang membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan menulis non-fiksi.
Senang mendapat ilmu baru :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istimror

Keluar dari Belenggu Membandingkan

Merenungi Perjalanan